Tidak Sulit Mengajarkan Anak Bertata-krama

Menyaksikan anak-anak kurang bisa bertata-krama ketika mereka bersosial, kadang membuat kita risih. Mengajarkan perilaku yang baik, memang tidak langsung bisa tampak hasilnya, dibanding bila anda mengajarkan materi-materi pendidikan lainnya, namun sebetulnya pendidikan perilaku sama pentingnya dengan materi pendidikan lainnya. Sebenarnya, anak-anak dapat belajar etika secara tepat melalui gagasan pelajaran yang sangat mudah.

Seorang ahli etika yang juga adalah founder dari pendidikan etika Mrs. McVeigh’s Manners telah menemukan cara-cara mudah tentang bagaimana mengajarkan tata-krama pada anak-anak secara mudah dan sederhana. Elise McVeigh, demikian nama ahli tersebut, memberi gambaran yang sederhana tentang bagaimana anak-anak mulai belajar bertata-krama hanya karena mereka melihat orang tuanya melakukannya. Anak-anak secara cepat akan mempelajari cara orang tua mereka berperilaku ketika merespon hal-hal dalam kehidupan mereka.

Berikut adalah beberapa upaya yang jitu tentang bagaimana mengajarkan anak-anak untuk bertata-krama:

Belajar dari Orang lain

Anak-anak cenderung lebih mendengarkan orang lain daripada Anda. Carilah teman, keluarga, dan guru untuk memberikan dukungan terhadap putra-putri anda untuk belajar bertata-krama, termasuk ketika anda ingin menerapkan satu aturan tertentu pada putra-putri anda. Jelaskan mengapa Anda ingin menegakkan aturan tersebut dan doronglah mereka untuk menunjukkan dan mempraktikkan tata krama yang relevan dan masuk akal. Jika ibu guru bersendawa di meja makan, mintalah dia untuk meminta maaf atau mengatakan “Maafkan ibu ya nak.”, bukan untuk kepentingan ibu guru tersebut, tetapi lebih untuk kepentingan pembelajaran putra-putri anda. Ketika anak-anak mulai melompat ke sofa di rumah Neneknya, mintalah neneknya untuk menjelaskan kepada anak-anak bahwa melompat-lompat di atas sofa itu merupakan hal yang tidak sopan. Dengan demikian, mereka akan lebih mendengarkan dan mempelajarinya, dibanding bila hal tersebut anda yang menyampaikannya.

Bahasa Positif Seorang pemerhati anak, Shannon Greer menekankan arti pentingnya bahasa positif dalam setiap pernyataan yang disampaikan oleh orang tua kepada anaknya, bagi pendidikan bertata-krama. Berdasarkan hasil studinya, anakanak dengan orang tua yang lebih sering mengancam dan mengitimidasi ketika berkomunikasi, cenderung berperilaku yang mengerikan. Beri tahukan kepada anak-anak tentang semua manfaat yang akan mereka peroleh, ketika mereka mendapatkan berkah sosial yang baik, katakanlah bahwa mereka mungkin akan memiliki lebih banyak teman bermain untuk mendapatkan lebih banyak kesuksesan dalam mendapatkan apa yang mereka inginkan ketika berbicara secara santun dengan orang lain, termasuk ketika berbicara dengan orang dewasa. Bahasa afirmatif selalu menjadi pendorong motivasi sosial yang lebih baik daripada bahasa negatif.

Sumber : Berbagai Sumber