Kecerdasan emosi menjadi salah satu bagian yang penting dari kesuksesan seseorang baik dunia maupun akhirat.
Teori tentang kecerdasan emosi dikembangkan pertama kali tahun 1980-an oleh beberapa psikolog dari Amerika Serikat: Howard Gardner, Peter Salovey dan John Mayer dan menjadi terkenal saat Daniel Goleman, psikolog dari Harvard University, menulis buku Emotional Intelligence tahun 1995.
5 Wilayah Kecerdasan Emosi (Menurut Goleman)
- Kemampuan Mengenali Emosi Diri
Mengenali perasaannya sendiri apa adanya atau kesadaran diri adalah unsur penting dalam kecerdasan emosional. Bila individu tidak mampu mengenali perasaannya, maka hidupnya akan dikendalikan oleh perasaannya, sedangkan individu yang memahami perasaannya akan mampu mengarahkan hidupnya. Banyak orang yang tidak memahami emosinya sendiri, karena keliru belajar pada masa kecil. Orang tua bermaksud mengajarkan anak untuk meongontrol emosinya (terutama mengontrol kemarahan), namun keliru menyampaikan bahwa: “Anak yang baik tidak boleh marah.” Akibatnya individu terbiasa menahan atau menekan kemarahannya bahkan menyangkal perasaan marah. Bila ini ter terjadi terus menerus, sampai dewasa individu bisa kesulitan mengenali perasaannya. Akibatnya banyak orang yang tidak sadar bahwa dia marah, atau terlambat menyadari perasaan marahnya sampai kemarahannya sudah memuncak dan sulit dikendalikan. Padahal marah itu alami dan yang perlu dilakukan adalah mengendalikan kemarahan dan menyalurkan kemarahan dengan cara yang lebih dapat diterima. Terapi relaksasi dalam bidang psikologi antara lain membantu individu menyadari saat dirinya mulai merasa tegang dan tidak nyaman sedini mungkin.
- Kemampuan Mengelola Emosi
Mengendalikan emosi serta mengarahkan penyaluran emosi agar sesuai dan dapat diterima oleh lingkungannya merupakan kemampuan yang dibangun berdasarkan kesadaran diri. Apabila individu cepat menangkap perasaan marahnya, lebih mudah baginya untuk untuk mengen¬dalikan kemarahanya tersebut ketimbang bila ia sudah terlanjur sangat amat marah. Kemampuan mengendalikan emosi akan sangat membantu dalam mencegah reaksi spontan dari otak reptil dan memberi kesempatan
bagi neo cortex untuk memegang kendali. Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam mengendalikan emosinya, namun ada cara yang umum dianggap dapat membantu. Menarik napas panjang dan minum air putih dianggap dapat membantu penyediaan oksigen ke otak yang dapat meredakan hati. Beberapa cara yang sering digunakan oleh orangtua atau guru dalam membantu anak meredakan kemarahan adalah dengan menyuruhnya membilang angka secara perlahan, atau bahkan menyuruh anak mandi dengan alasan akan membuatnya ‘sejuk’ biasa dilakukan oleh orang tua. Mengekspresikan perasaan secara pantas merupakan bentuk kecerdasan emosi yang kedua. Cara mengekspresikan perasaan bersifat budaya, sangat tergantung pada kebiasaan setempat. Bagaimanakah cara yang dianggap pantas untuk mengekspresikan perasaan marah, sedih, gembira, takut dan malu dalam budaya Anda?
- Kemampuan Memotivasi Diri
Memotivasi diri sendiri adalah sebuah kemampuan yang sangat diperlukan untuk dapat mengarahkan diri menuju sasaran. Seorang yang memiliki kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri akan lebih tahan dalam menghadapi berbagai kesulitan dalam hidup. Individu yang mampu memotivasi dirinya akan setia pada tujuan, kesulitan tidak akan membuatnya berbelok dari tujuan¬nya. Banyak penelitian dalam bidang pendidikan yang menemukan bahwa motivasi lebih menentu¬kan prestasi belajar ketimbang kecerdasan, maka bila indi¬vidu mampu memotivasi dirinya sendiri, ia akan terus mendapatkan energi untuk belajar tanpa tergan¬tung pada dorongan dan dukungan dari orang lain. Dan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri akan memung¬kinkan individu untuk menjadi pelajar mandiri yang dapat terus mengembangkan dirinya seumur hidup.
- Kemampuan Mengenali Emosi Orang Lain
Memahami emosi orang lain berkaitan dengan kemampuan empati. Memahami emosi orang lain harus didahului oleh kemauan yang tulus, penerimaan atas orang lain apa adanya, serta niat baik agar dapat menjalin hubungan yang baik dan menguntungkan bagi kedua belah pihak. Memahami orang lain berarti memahami apa yang dipikirkan, dirasakan, serta diinginkan oleh orang tersebut, dan kemam¬puan ini dapat dilatih. Untuk memastikan pemahaman menganai orang lain ini tidak keliru, diperlukan keterbukaan dan upaya mendapatkan umpan balik dari orang yang bersangkutan. Saat terjadi ‘benturan’ dengan orang lain, usahakan untuk memikirkan apa kiranya yang dipikirkan orang tersebut, apa yang dirasakannya, serta apa yang diinginkannya tanpa menggunakan ‘kaca mata’ kita sendiri. Agar pemahaman kita lebih tepat mengenai emosi orang tersebut, kita perlu mengenalnya lebih dekat.
- Kemampuan Membina Hubungan
Untuk dapat menangani hubungan dengan orang lain, ada banyak keterampilan sosial yang perlu dilatih, seperti kemampuan mendengarkan secara efektif dan kemampuan komunikasi yang efektif. anak sanggup mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang lebih luas. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung punya banyak teman, pandai bergaul dan populer.